Turun Temurun, Penjual Jenang Sumsum Asal Kelurahan Kraton Memilih Mempertahankan Usahanya

Magetan – Kuliner jenang merupakan makanan khas Jawa yang sering dijumpai di pasar tradisional. Sajian yang biasanya terbuat dari tepung beras atau tepung ketan ini dimasak menggunakan santan, lalu ditambah gula merah atau gula putih. Adalah Gunarti (55 Tahun), warga RT 17 RW 04, Kraton Timur, Kelurahan Kraton, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, yang setiap hari menjual jenang sumsum di pintu masuk desa Ngujung sisi utara.  Gunarti mengaku berjualan jenang sumsum sudah 12 tahun, meneruskan usaha ibunya yang sudah berjualan sejak tahun 1970.  “Kulo sadean pun 12 Tahun, nerus aken usahane ibuk kulo, riyen ibuk sadean ten pinggir radosan mriko, mergo sakniki pun rame radosane kulo pindah ten mriki. (Saya berjualan sudah 12 Tahun, meneruskan usaha ibu saya, dulu ibu berjualan di pinggir jalan raya, karena sekarang jalannya ramai akhirnya pindah disini). ” Ucap Gunarti Senin, (29/11/2021).

Selain menjual jenang sumsum, Gunarti juga menjual bubur mutiara dan beberapa gorengan titipan dari warga sekitar.  Gunarti membuka dagangannya sebelum jam 08.00 WIB dan tutup ketika dagangannya telah habis. “Bukae kadang jam setengah 8, kadang jam 8 injing, nawi tutup sak telase, mboten mesti, kadang jam 11, kadang jam 12.” Terangnya.

Meski berusia lanjut, namun Gunarti tak mau dibantu anaknya saat berjualan. Semua dilakukannya sendiri. Bahkan, saat proses pembuatan jenang, Gunarti mengerjakan mulai dini hari hingga pagi hari. Rupanya untuk proses pembuatan jenang buatan Gunarti memakan waktu yang cukup lama. Pasalnya, semua prosesnya dilakukan secara manual. “Saya masak sendiri dan cari bahan sendiri,” kata Gunarti

Mulai dari memarut kelapa, Gunarti pun melakukannya secara manual. Setiap hari ia harus memarut lima kelapa tua untuk diambil santannya. Santan itu dimasukkan ke dalam tepung jenang secara perlahan hingga akhirnya menghasilkan jenang sumsum yang banyak disukai warga. mGunarti tidak mau membeli santan instan atau sudah diparut di pasar lantaran akan memengaruhi cita rasa jenang sumsumnya. “Nanti lain rasanya kalau menggunakan santan instan atau sudah diparut,” jelasnya.

Satu porsi bubur sumsum Gunarti sangat murah, hanya Rp 3.000,-. Selama pandemi hingga PPKM darurat, jualan jenang Gunarti memang sedikit mengalami penurunan omset, namun hal tersebut tak membuatnya bergeming dan tetap menggeluti usahanya.  Ia pun merasa bersyukur dengan berjualan jenang sumsum, karena sudah bisa membesarkan tiga anaknya hingga mereka tumbuh dewasa.(Diskominfo:Kontributor.nry/fa2/IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *