Gerabah Mbah Rusdi Yang Tetap Bertahan Dimasa Pandemi

Diusianya yang memasuki  senja, Mbah Rusdi (70) dan Mbah Suminah tetap semangat menggeluti usaha kerajinan gerabah yang telah mereka  digeluti secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Sejak kecil Mbah Rusdi dan Mbah Suminah sudah menggeluti pembuatan gerabah seperti pembuatan cobek, pot bunga serta tempat makanan kelinci yang saat ini marak dipesan. “Usaha ini turun temurun dari nenek moyang sampai sekarang tetep membuat pot,cobek,dan masih banyak macam lainnya,” ujar Mbah Rusdi.

Usaha pembuatan gerabah milik Mbah Rusdi  di Desa Pojok RT.01 RW.01 Kawedanan, Magetan juga mulai digeluti oleh anak anak  Mbah Rusdi. Bahkan jika permintaan sedang banyak, menurut Mbah Suminah  sebagian tetangganya  juga  turut membantu pembuatan gerabah untuk memenuhi pesanan. “Saya di bantu anak saya Harti dan suaminya, kadang ada lingkungan yang membantu juga  kalau pesanan banyak” kata Mbah Suminah.

Untuk sekali pembakaran hasil gerabah yang dibuatnya, Mbah Rusdi mengaku setidaknya dibutuhkan  800 unit pot bunga hias , 400 cobek dan 300 tempat makan kelinci. Setelah semua gerabah dipastikan telah kering dengan sempurna, Mbah Rusdi akan menempatkan gerabah gerabah pesanan tersebut pada tungku khusus pembakaran. Untuk membakar 1.500 gerabah buatannya  Mbah Rusdi mengaku setidaknya membutuhkan biaya Rp 300.000 untuk membeli  kayu bakar.“ Untuk kayu bakarnya ya kira kira butuh biaya lebih dari Rp 300.000,” ucapnya.

Pandemi membuat pendapatan Mbah Rusdi turun 50 persen.

Untuk pemasaran hasil gerabahnya, Mbah Suminah mengaku tidak pernah kesulitan karena  semua hasil produksi gerabahnya  sudah dipesan dan diambil oleh para pemesan baik dari Ponorogo, Madiun, Magetan,Nganjuk bahkan sampai Kota Jombang. Sayangnya sejak wabah covid 19 melanda, permintaan gerabah buatannya mengalami penurunan cukup tajam. Jika sebelum pandemi  covid 19 Mbah Suminah mengaku masih bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 4 juta rupiah perbulan, namun sejak pesanan sepi pendapatannya turun hingga 50 persen. “ Sebelumnya satu bulan bisa mendapat Rp 4 juta rupiah, sekarang tinggal separuhnya,” katanya.

Pendapatan Rp 2 juta rupiah itu menurut Mbah Suminah belum termasuk pembelian anah liat, dimana satu truk harus mengeluarkan biaya Rp 500.000 serta pengeluaran untuk pembelian kayu bakar sebesar Rp 300.000. Meski demikian Mbah Suminah mengaku tak pernah patah semangat untuk tetap menggeluti profesi  sebagai pembuatan gerabah yang merupakan pekerjaan turun temurun dari pendahulunya tersebut.

Beruntung kondisi Kabupaten Magetan saat ini mulai kembali pulih setelah hampir 2 tahun terdampak pandemi covid 19.  Meski belum pulih seperti sedia kala,  namun Mbah Rusdi mengaku bersyukur dengan pesanan gerabah yang mulai kembali ada.  “Kondisi saat ini sudah mulai membaik dibandingkan tujuh bulan terakhir, tidak ada yang memesan sama sekali. Sekarang mulai ada pesanan dan kami  bersama anak anak akan terus bertahan meneruskan usaha terun temurun ini,”pungkasnya ( kontrib har/ IKP1 )

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *