Wayang Cangkem, Wayang Unik dari “Negeri Timur Laut”

Wayang Cangkem, Wayang Unik dari  “Negeri Timur Laut”

Berawal dari iseng, kini wayang cangkem yang dimainkan oleh warga Desa Sukowidi, Kecamatan Kartoharjo, sebuah kecamatan yang berada di Timur Laut Kabupaten Magetan ini, semakin membuat banyak orang penasaran.  Jika pada umumnya pertunjukan kesenian wayang diiringi dengan musik gamelan yang ditabuh, tidak dengan wayang cangkem ini.

Oleh warga Desa Sukowidi iring-iringan musik gamelan tersebut dimainkan menggunakan ‘cangkem’ seperti halnya akapela. Dalam bahasa Indonesia, ‘cangkem’ berarti mulut. Dari situlah, pertunjukan yang mulanya diberi nama ‘Wayang Guyon Maton’ ini akhirnya lebih dikenal dengan sebutan ‘Wayang Cangkem’.

“Wayang cangkem ini gamelannya cangkem (mulut), semua berdasarkan cangkem (mulut). Tadinya hanya main-main, iseng aja. Kalau sore buat mainan, gitu aja. Dalangnya ini sebenernya juga bukan dalang, ini bakul (penjual) bakso, kalau sore jualan bakso,” terang Edi (52) salah satu personil Wayang cangkem saat dijumpai Diskominfo Magetan dalam berbagai kesempatan.

Tidak menjadi sumber mata pencaharian utama, personil wayang cangkem sebagian besar adalah buruh tani. “Sindennya Bu Darti hari-harinya jualan bubur, kalau Bu Tini buruh Derep. Personel lainnya ada Pak Ahmad Tohir asisten dalang dan Pak Kusmiran bagian nembang. Kalau Dalangnya Pak Parlan, Pak Kuat bagian nglaras gamelan, saya gongnya,” tambah Edi.

Bukan hanya perihal asal suara gamelannya saja, wayang yang dimainkan pun juga unik. Tidak hanya terbuat dari kulit dengan rangkaian tokoh punakawan atau tokoh wayang Mahabrata lain. Wayang yang mereka mainkan juga berasal dari kardus bekas dengan tokoh yang lekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya saja tokoh hansip dan penyanyi dandut.

Grup dengan anggota 8 orang tersebut, selalu berhasil membuat penonton terbahak-bahak, dengan lakon lucu dan cerita ringan yang dibawakannya. “Ceritanya sederhana, ya seputar kehidupan sehari-hari. Kami itu nggak ngejar uang kok mbak, yang penting orang-orang seneng, kami juga ikut seneng. Wong ada yang nonton saja rasanya sudah senang sekali. Hobinya jadi manfaat buat orang,” pungkas Kuat (62) penglaras gamelan.

Kendati memiliki tokoh-tokoh yang diciptakan sendiri, grup ini juga tak menolak jika klien memintanya untuk membawakan cerita epos pewayangan seperti Mahabrata dan Ramayana. Biasanya, mereka akan berlatih beberapa waktu sebelum tampil. 

Diceritakan Suparlan (59) dalang dalam pertunjukan, Bupati Suprawoto yang beberapa waktu lalu sempat menyaksikan penampilan mereka pun merasa terharu dengan keberadaan Wayang Cangkem. “Pak Bupati pernah bilang karena ini adalah sesuatu yang unik sekali dan langka, Beliau merasa terharu kok masih ada dalang yang menjalankan wayang dengan seperti ini,”terangnya.

Pernah diminta main sampai pagi, sembari tertawa Eko menuturkan, bagian kendang ‘ajur’ karena mulutnya tidak berhenti bersuara selama semalam suntuk. Saat pertunjukan, mereka biasa menyiapkan air putih atau wedang jahe untuk menunjang penampilan. 

Berjalan lebih kurang 3 tahun, sampai saat ini Eko dan 7 orang teman lainnya selalu pergi beriringan menggunakan motor ketika akan melakukan pertunjukan. “Kotak itu saya bawa pakai motor mbak, teman-teman perginya juga pakai motor. Seneng rasanya bisa diundang orang, menghibur orang,” katanya.

Diminta menghibur masyarakat di Pendapa Surya Graha pada tanggal 17 mendatang, anggota paguyuban Wayang Cangkem merasa sangat senang . Tak tinggal diam, pihak Desa pun berupaya memfasilitasi hal yang menjadi keperluan mereka. Sobatkom jika anda penasaran dengan wayang cangkem silahkan hadir di Pendopo Surya Graha pada Sabtu, 17 September 2022.(Diskominfo: kontrib.fin / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *