Terkendala Musim Hujan Peternak Kelinci Tanjung Sari, Tetap Berusaha Bertahan
Suasana sejuk menyelimuti perjalanan menuju desa Tanjung Sari, Desa yang terletak di Kecamatan Panekan ini di era 85-an dulu terkenal sebagai desa Kelinci, hal tersebut setelah memenangkan Lomba Desa Tingkat Nasional dikala itu. Saat itu semua rumah memiliki kendang kelinci.
Bagaimana kondisinya sekarang, setelah didera impact covid-19, Peternak kelinci di desa bertahan, meskipun jumlahnya tidak sebanyak di tahun 1985, namun masih ada sekitar 20 peternak yang mencoba membangkitkan kembali era keemasan kelinci di desa ini.
Mulyono, salah satu peternak kelinci menceritakan bahwa mengembangbiakkan kelinci itu sulit-sulit mudah, mengingat kelinci sangat peka terhadap pakan, kondisi lingkungan bahkan polusi suara. Seperti di musim pengujan ini, dimana tingkat kelembaban udara meningkat. Untuk pakan Mulyono mempergunakan “lung” sebutan dauh ubi jalar bagi masyarakat Tanjungsari. Lung itupun tidak bisa di langsung diberikan ke kelinci karena akan membuat kelinci kembung, harus dilayukan dulu, karena jika terlalu basah menghasilkan gas di lambung. Kalaupun terpaksa kesulitan memperoleh lung , pakan pellet kelinci pun dibelikan. Namun hal ini mengurangi selisih keuntungan, ungkapnya. Tanjung sari, ( 28/02/23)
Peternak yang memulai ternak kelinci ditahun 2005 ini sempat mengalami keemasan sebelum covid-19 dimana konsumennya sampai kabupaten sekitar seperti Sragen, Bojonegoro sampai Wonogiri, ini juga menceritakan kendala lain yang dialami di musim penghujan, sebab ada beberapa kelincinya yang mengalami koreng, untuk itu dia menyikapinya dengan melakukan penyemprotan kandang, pengobatan dan kelinci yang sakit dipisahkan di kendang sendiri.
Suwarso Kades Tanjungsari, mendukung kelinci Tanjungsari untuk bangkit kembali, dimana salah satunya usahanya dengan mengadakan event, bekerja sama dan berkonsultasikan dengan LPPM UNS dan Brawijaya. Pemerintah desa terus berusaha untuk membangkitkan kembali era peternak kelinci.
Dikesempatan yang sama, Prasetyo Gelly, Sekertaris desa Tanjung sari, melengkapi 3 tahun ini bekerja sama dengan LPPM Universitas Brawijaya, untuk planning awal untuk mengambangkan peternak baru keolahan, namun dikarenakan kondisi covid hal tersebut dibalik untuk mengembangkan olahan seperti sate, bakso nugget, abon dan bistik yang sudah mulai diperkenalkan dalam event-event sekitaran, seperti di Festival Duren Naknan dan Festival Koi.(Diskominfo / fa2 / IKP1)