Songsong Peringatan Hari Ibu ( PHI ) ke-95, Ibu Berbincang Tentang Politik di Pendopo

Songsong Peringatan Hari Ibu ( PHI ) ke-95, Ibu Berbincang Tentang Politik di Pendopo

Peningkatan kapasitas perempuan bidang politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya digelar di Pendopo Surya Graha, hari ini. Selasa,(19/12/23). Mendatangkan nara sumber dari Universitas Airlangga Surabaya Dr. Tri Susantari, Dra.,M.Si.

Dalam sambutannya, Plt. Kepala Dinas PP KB PP dan PA Jaka Risdiyanto, S.H.,M.S.i, menyatakan “Maksud dan tujuan acara ini adalah mempromosikan kesetaraan dan keadilan gender serta penghapusan berbagai bentuk diskriminasi terhadap perempuan” ungkapnya.

“Mendorong perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan dan kepemimpinan yang mempengaruhi diri dan kehidupan mereka maupun berdampak terhadap kehidupan bangsa.”lanjut Jaka.

Dikesempatan yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Magetan, Siti Fatonah Hergunadi menyampaikan, “Peringatan Hari Ibu adalah momen penting bagi penghargaan dan penghormatan terhadap seluruh perempuan Indonesia, atas peran, dedikasi, serta kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Diperingatinya Hari Ibu setiap tahunnya juga diharapkan dapat menjadi daya ungkit untuk mendorong semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas, agar memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.”

“ Melalui peringatan Hari Ibu Ke-95 tahun 2023 ini, kami berharap perempuan Indonesia dapat terus meningkatkan kapasitas, kompetensi dan prestasinya, serta berani bersuara untuk menentukan arah kebijakan dan tujuan bernegara. Perempuan juga harus bersatu, saling membantu, dan saling menginspirasi, sekarang adalah waktunya bagi perempuan untuk memberi warna tersendiri bagi pembangunan bangsa ini melalui perannya dan karya nyata. Bersama perempuan, kita wujudkan Indonesia Emas 2045″.pungkas Siti.

Dosen Universitas Airlangga Surabaya Dr. Tri Susantari Dra.,M.Si. sebagai narasumber lalu menjelaskan “ Perspektif gender, itu membicarakan bahwa lelaki dan perempuan adalah setara dalam kemasyarakatan, tidaklah tabu sebagai perempuan/ibu untuk berpolitik menyampaikan suaranya, sebagai contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana seorang ibu bisa  bernego dengan suami untuk mengikuti kegiatan ini,  itu sudah politik,” jelas Tri.

“ Sehingga dengan bersuaranya perempuan, maka perempuan itu akan eksis, perempuan akan ada dan berada, Meskipun pria diberi kelebihan oleh Tuhan tidak berarti wanita lemah dan tidak berdaya. Kesetaraan gender, merubah konstruksi pemikiran yang salah, yang sering terjadi di masyarakat , sehingga terjadilah kekerasan terhadap perempuan, perempuan harus dilindungi, perempuan juga bisa menyalurkan aspirasi masyarakat, melalui saluran politik dan kepentingan, untuk menyalurkan suaranya maupun suara perempuan yang lain “ pungkas Tri.

Diharapkan dengan kegiatan ini,  perempuan Kabupaten Magetan dapat bangkit semangatnya untuk lebih berani berbicara dan menunjukkan potensinya, semakin berdaya didalam membangun kesetaraan, serta inovatif dalam berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Perempuan Magetan harus lebih aktif berperan dalam menekan angka kekerasan pada perempuan dan anak, dan memperkuat ekonomi keluarga dengan semangat kewirausahaan. .(Diskominfo:may / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *