Sambut Fase Kering Bulan Agustus, BPBD Lakukan Beberapa Antisipasi Cegah Karhutla

Memasuki puncak musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan bersiap menghadapi potensi meningkatnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di wilayah rawan seperti lereng Gunung Lawu dan Gunung Bancak.

Peringatan ini sejalan dengan imbauan dari Kementerian Kehutanan yang menyebut bahwa sepuluh hari pertama Agustus merupakan fase paling kering dalam musim kemarau tahun ini. Curah hujan yang rendah, pembentukan awan yang minim, serta suhu permukaan yang tinggi membuat risiko karhutla meningkat signifikan.

“Di Magetan sendiri, puncak musim kemarau diperkirakan berlangsung dari Agustus hingga November. Namun, kemarau kali ini terbilang pendek dan berpotensi mengalami anomali kemarau basah,” jelas Eka Wahyudi, S.Sos Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan, kepada reporter RMI di ruang kerjanya. Selasa(29/7/25).

Fenomena kemarau basah, menurut Eka, terjadi akibat keberadaan siklon tropis atau sistem tekanan rendah yang mampu menarik uap air dari lautan ke wilayah daratan, sehingga hujan bisa tetap turun meski sedang musim kemarau. Kondisi ini menyulitkan pemetaan ancaman karena cuaca menjadi tidak stabil dan potensi kebakaran bisa muncul secara tiba-tiba.

Sebagai langkah antisipatif, BPBD Magetan berencana menggelar rapat koordinasi yang akan melibatkan seluruh unsur Satgas Pengendalian Karhutla, termasuk Bupati, Forkopimda, Forkopimca, serta pemangku wilayah di kawasan rentan.

“Rakor ini penting agar ada kesatuan langkah di lapangan. Kami berharap nantinya ada arahan langsung dari Bupati atau Forkopimda yang dapat menjadi dasar edukasi masyarakat,” tambah Eka.

Tak hanya berhenti di tingkat forum, BPBD juga berencana melakukan pendekatan langsung ke masyarakat, khususnya para penggarap lahan di lereng gunung. Edukasi akan difokuskan pada bahaya membuka lahan dengan cara membakar, serta cara-cara mencegah kebakaran alami akibat tumpukan daun kering atau gesekan ranting.

Pemasangan papan peringatan dan himbauan juga akan dilakukan di sejumlah titik rawan karhutla, guna memperkuat kewaspadaan warga.

“Kebakaran bisa dipicu banyak hal. Bisa karena alam seperti tumpukan daun kering dan ranting kering yang saling bergesek, bisa juga karena aktivitas manusia seperti membakar sampah di lahan terbuka,” ujar Eka.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan atau membuang puntung rokok sembarangan, serta segera melapor jika melihat titik api di sekitar kawasan hutan atau pemukiman.

Dengan kesiapsiagaan dan kolaborasi semua pihak di Magetan, diharapkan musim kemarau ini dapat dilalui dengan risiko karhutla yang terkendali.(Diskominfo:syrl / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *