SobatKom…
Siapa diantara kalian penggemar Star Wars? Yup, Star Wars merupakan salah satu film fiksi ilmiah terpopuler dengan banyak sekali fans dari berbagai generasi. Saking populernya, Star Wars juga punya dampak kultur tersendiri di masyarakat dunia.
Melihat banyaknya fans Star Wars dari berbagai kalangan dan berbagai penjuru kota di Indonesia bahkan di manca negara, Dimas Mukti Wibowo(29) pria asal Desa Buluharjo, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan melihat celah tersebut untuk menjadikan bisnis yang cukup profit.
Berawal saat masih kuliah di Universitas Brawijaya Malang tahun 2016, dengan modal 750rb penyisihan sebagian uang jajan ia mencoba membuat replika helm berbahan fiberglass dari salah satu tokoh Star Wars. Bermodalkan peralatan sederhana serta bahan yang ada dipasaran ia mulai menyalurkan kreatifitas seni di kamar kosnya. Dimas memasarkan produknya memanfaatkan media sosial.
Setelah lulus dia menekuni usaha propsmaker (pembuat replika properti) karakter Star Wars di rumahnya. Memanfaatkan sudut ruangan rumahnya ia mulai memaksimalkan kualitas produksinya. “Helm yang kami produksi saat ini memiliki 15 model karakter ikonik dari ratusan model yang ada di film Star Wars” terangnya.
Dimas merupakan satu-satunya Propsmaker Star Wars di Indonesia. Diusianya yang sangat muda helm buatannya mampu menembus pasar internasional Malaysia dan Singapore. Untuk pasar dalam negeri, jangan ditanya. Beberapa artis pernah menghargai karyanya, seperti Aqi Singgih (Vokalis Alexa), Arian (Vokalis Seringai), Saykoji, Omesh dan Derby Romero.
Saat ini, Dimas memiliki dua karyawan untuk memenuhi kebutuhan konsumen 15-20 helm dalam sebulan. Helm buatannya dibanderol dari harga 1,3 – 1,8 juta tergantung dari karakter yang diinginkan. Untuk yang sekaligus badan dihargai 5-7 juta. Dia mengaku mendapat penghasilan bersih 10-15 juta dalam sebulan.
Disela obrolan santai di rumah produksinya, Dimas menyampaikan bahwa kendala dalam pengerjaan tersebut pada proses pewarnaan. Kawasan Plaosan terkenal cukup dingin sehingga proses pengeringan saat pewarnaan kurang maximal. Selain itu, ia juga menyayangkan ongkos kirim keluar negeri begitu mahal, sampai 80% dari harga jual. Padahal banyak peminat dari Amerika dan Eropa. “Sebenarnya dari Amerika dan Eropa banyak yang tertarik, tapi karena kendala pada ongkos kirimnya yang mahal mereka tidak jadi membeli”, jelasnya.
Menyiasati kendala, kedepan ia berencana untuk bekerjasama dengan toko-toko mainan di beberapa kota besar guna mengenalkan produknya secara offline selain pemasaran secara online melalui Instagfam @catacomb.id. Dimas juga berencana membuat cafe edukasi yang bertemakan Stars Wars. Dimas tak pernah puas. “Saat ini saya mencoba untuk mengembangkan karakter buatan saya sendiri”, tutupnya.
Bagaimana #Sobatkom, menginspirasi bukan? Dimas bisa, #sobatkom juga pasti bisa.
(Diskominfo:cup/tos)