Presentasikan Perkembangan ACS (Aksi Cegah Stunting) Ke TIM HIPPG, Magetan Tunjukkan Aneka Inovasi.
Angka balita stunting di Kabupaten Magetan yang terus menurun dari tahun 2019 sampai tahun 2022, dimana pada tahun 2019 tingkat prevalensi stunting di Kabupaten Magetan (SSGI) mencapai angka 21,54 %, di tahun 2021 melalui Pilot Project ACS (Aksi Cegah Stunting) dengan pendampingan dari Habibi Intitute For Public Policy and Government berhasil menurunkan tingkat prevalensi menjadi 17,30 %, dan ditahun 2022 turun lagi menjadi 14,90 %, dengan didesiminasikannya ACS ke seluruh kabupaten. Hal ini terungkap dalam Presentasi Aksi Cegah Stunting Kabupaten Magetan HIPPG, yang digelar di Aula Bappeda Litbang. Selasa,(12/12/23). Angka tersebut berada dibawah angka balita stunting Nasional tahun 2022 yang berada di 21,6 % , dan angka balita stunting Propinsi Jawa Timur yang berada di angka 19,2 %. Dan sudah mendekati target secara nasional tahun 2024 yaitu 14 %.
Keberhasilan Magetan didalam menurunkan tingkat prevalensi stunting ini, tentunya tidak dengan mudah begitu saja, menggandeng stake holder dan lintas sektoral lainnya, beberapa inovasi telah dilakukan oleh kabupaten di lereng timut Gunung Lawu ini. Antara lain di Desa Mategal, Kecamatan Parang yang memiliki “ Nelisa” yang merupakan singkatan dari Nenek Lincah Sadar Asi, sebagai wujud edukasi kelas lansia terhadap pentingnya ASI. Adapula inovasi dari Puskesmas Gorang Gareng Taji Ayu Ting-ting Beraksi (Ayo Rujuk Bersama Terintergrasi), yang melibatkan peran dari lintas sektoral dan masyarakat didalam mendeteksi kasus stunting dan kemudian menindaklanjuti sesuai arahan nakes. Di Kecamatan Plaosan adapula Netes (Niat Engsun Tuntas Cegah Stunting), berkolaborasi dengan peternak ayam petelur, dikecamatan ini pemberian asupan protein hewani berupa telur diberikan kepada balita stunting selama 90 hari. Di Kecamatan Magetan dan Takeran ada Sekolah Orang Tua Hebat yang merupakan pendidikan intensif bagi keluarga balita. Dengan pendampingan tenaga tehnis juga akademisi, serta dukungan dari berbagai sektor.
Didalam presentasi kali ini, ditunjukkan pula beberapa penghargaan yang telah didapatkan oleh Magetan terkait stunting, antara lain; Satya Lencana Wira Karya, Nakes Teladan Tingkat Propinsi Jatim 2023, Award Desa Bebas Stunting, dan Komitmen Peurunan Angka Stunting dari BKKBN.
Dipaparkan pula dukungan RSUD Sayidiman sebagai faskes utama terhadap ACS di Kabupaten Magetan, dengan membebaskan biaya pendaftaran dan pemeriksaan bagi balita stunting, pemberian PKMK (Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus) untuk balita stunting yang membutuhkan, selain itu ada inovasi Tahan Banting (Catatan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Stunting) yang berhasil mengantarkan dr. Anin Sp. A menjadi nakes teladan tingkat propinsi. Pembebasan biaya pemeriksaan penunjang dan suplemen penunjang serta kartu monitoring gizi buruk terintergrasi.
Apresiasi positif dari Prof Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) sebagai pendamping dari HIPPG, “ Stunting itu tidak sekedar angka saja, tapi perlu aksi nyata, dan itu di Magetan sudah dilakukan, dengan kolaborasi lintas sektoral aksi nyata tersebut diharapkan akan merubah kualitas sumber daya (balita), dimana itu penting untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas” ungkap Guru Besar FKUI-RSCM ini.(Diskominfo / fa2 / IKP1)