Ditengah pandemi covid-19 yang melanda tak menyurutkan tekad petani melon Kampung Tangguh Semeru untuk terus meningkatkan kwalitas dan kwantitas dalam mingkatkan dari segi perekonomian. Tepat 2 bulan setelah penanaman bibit melon, pagi ini bertempat di lahan Agribisnis Hortikultura Komoditas Melon Kampung Tangguh Semeru Desa Klagen Kec. Barat Bupati Magetan didampingi Kepala Dinas TPHPKP, Forkopimca Kec. Barat dan gapoktan ikut serta panen raya buah melon jenis Barata dan Manika.Rabu (17/3).
Bupati Magetan Suprawoto dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kabupaten Magetan memang perlu inovasi yang luar biasa. Seperti Desa Klagen saat ini, yang awalnya tidak mungkin bisa ditanami buah melon justru menuai keberhasilan panen melon untuk ke 4 kalinya. . “Saya yakin semua orang mampu untuk berinovasi, tergantung tekad kita bagaimana untuk terus mewujudkannya” jelasnya.
Seperti Desa Klagen saat yang awalnya tidak mungkin menjadi mungkin untuk penanaman buah melon dengan berkembangnya teknologi saat ini mampu kita manfaatkan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang biasanya tidak mungkin teratasi.
Bupati juga mengapresiasi panen raya ini. Dengan adanya inovasi yang berkontribusi untuk Desa Klagen dimana jika inovasi seperti itu ditularkan kesemua masyarakat diharapkan mampu mengangkat roda perekonomian masyarakat sekitar.
“Jika hal tersebut ditularkan kesemua masyarakat setempat mungkin setiap minggu melon diarea sini dapat dipanen sehingga suplai melon dimasyarakat bisa terkendali, harga terjaga dan stok cukup. Sehingga petani di Magetan dapat merasakan manfaat profesi petani melon lebih menjajikan jika ditekuni” tegas Suprawoto.
Subandi sebagai pengelola lahan melon menyampaikan bahwa ada 2 jenis melon yang di panen di lahan tersebut, melon jenis Barata dan Manika. Untuk melon jenis Barata mempunyai kelebihan yaitu lebih tahan lama, sedangkan jenis Manika memiliki rasa yang lebih manis.
Dengan luas lahan yang ditanami melon sekitar 3,5 Ha hasilkan produktifitas 44,57 ton/ha mampu memproduksi 156 ton. Serta perkiraan harga jual di tingkat petani Rp. 12.000,-/kg. Hasil panenen tersebut juga dipasarkan ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. Adapun kendala dilapangan dalam budidaya melon tersebut adanya penyakit Layu Fusarium, namun dengan adanya pendampingan penyuluh setempat penyebaran penyakit dapat dikendalikan.
“Setelah 60 hari penanaman, kami juga melakukan perjanjian MOU dengan pihak market place “Alibaba” di Bandung yang bertujuan untuk ekspor hasil panen melon ini”tambahnya.
Subandi juga menyampaikan bahwa lahan tersebut merupakan lahan bengkok Kades Klagen. Yangmana lahan tersebut belum pernah ditanami padi sejak dahulu tetapi ditanamani tebu. Sebelum panen raya kali ini, pihaknya juga pernah menanam melon exclusive yaitu melon Golden Apollo. “Saya berinovasi untuk merubah lahan ini yang awalnya tidak mungkin bisa ditanami melon, justru saat ini sudah 4 kali panen” terang Subandi