Napak Tilas Ngunut – Parang – Magetan
Kali pertama diadakan setelah pandemi Covid-19, Napak Tilas Ngunut – Parang – Magetan jelang hari jadi ke-347 Kabupaten Magetan, berhasil tarik antusias masyarakat. Sebanyak 2.343 orang terdaftar sebagai peserta. Hal ini dikatakan oleh Bupati Magetan Suprawoto.
Para peserta menempuh jarak sekitar 18 km yang terdiri dari 2 etape. Etape pertama menempuh jarak sekitar 3 km yang dimulai atau dari depan rumah Mbah Setu Desa Ngunut dan Finish di depan Koramil Parang.
Sedangkan etape kedua menempuh jarak sekitar 15 km yang dimulai dari epan Koramil Parang – Ds. Tamanarum – Ds. Krajan – Ds. Joketro – Ds. Banyudono – Ds. Ngariboyo – Ds. Balegondo – Jl. samudra – Jl. Wilis – Jl. Jaksa Agung Suprapto Jl. Basuki Rahmat Timur – Jl. Basuki Rahmat Selatan – dan finish di depan Surya Garaha.
Dikatan Bupati Suorawoto, napak tilas Ngunut – Parang – Magetan diadakan untuk mengenang jejak sejarah yang menggambarkan kilas balik pemindahan pusat pemerintahan di Magetan. “Ini merupakan sebuah tradisi ya, tradisi untuk mengenang pemerintahan yang dulu pernah menyingkir di sini. Pada waktu itu Belanda menduduki Magetan, jadi pemerintahannya menyingkir ke sini”, terangnya pada Rabu (05/10).
Lebih lanjut Bupati mengatakan Ngunut dipilih sebagai tempat pengasingan karena dulu jallannya masih setapak. Hal tersebut terdapat dalam catatan menteri kehakiman masa itu, Sartono Tirtodirjo.
Kemudian pada tanggal 26 Oktober 1949 tentara Belanda meninggalkan Magetan, sehingga akhirnya pada tanggal 1 Januari 1950 pusat pemerintahan di Magetan kembali dipindahkan ke pusat kota.
Masyarakat yang tinggal di sepanjang jalan juga sangat antusias menyambut peserta yang sangat bersemangat. Tak sedikit dari mereka menywdiakan makanan ringan dan diberikan kepada para peserta dengan suka rela. (Diskominfo:nin/fa2/IKP1)