Menilik Makna di Balik Tradisi Megengan di Magetan

#SobatKom, sembari menantikan suara beduk dan kumandang adzan Magrib MinKom punya sekilas info Ramadhan untuk kalian.

Bicara perihal Ramadhan, pasti ada di antara Sobat yang sehari menjelang datangnya bulan penuh berkah ini, hadir dalam acara selametan. Di Magetan, selametan tersebut lazim dikenal dengan istilah ‘Megengan’.

Ternyata, ‘Megengan’ digelar bukan hanya semata-mata untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan saja. ‘Megengan’ merupakan tradisi turun temurun yang mengandung makna lebih dari itu. Agar SobatKom tidak penasaran, yuk simak ulasan berikut!

Kata ‘Megengan’ diambil dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Acara ini digelar untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan Ramadhan, bulan di mana seluruh umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Dalam menjalankannya, umat Islam diminta untuk menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa. Di daerah lain acara ini juga dikenal dengan istilah ‘Nyadran’ atau ‘Ruwahan’.

Tidak hanya sebagai peringatan, makna lain di balik acara ‘Megengan’ adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue Apem, sebuah kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada acara-acara adat. Apem dalam acara ‘Megengan’ ternyata memiliki makna tersendiri. Istilah apem diambil dari kata “ngafwan” atau ‘ngafwun’ yang berarti permohonan maaf.

Selanjutnya, acara Megengan yang umum dilakukan oleh masyarakat Magetan juga merupakan sebuah wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Rasa syukur tersebut disimbolkan dengan nasi berkat atau makanan yang dibuat oleh warga, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang tinggal disekelilingnya. Berbagi kepada sesama merupakan sebuah bentuk rasa syukur terhadap rejeki yang diberikan oleh Tuhan.

Sebelum megengan dilangsungkan, biasanya orang-orang akan terlebih dahulu mendatangi kubur. Mereka akan berdoa dan menaburkan bunga atau yang umum diketahui dengan istilah “nyekar”.

Dalam hal ini, “nyekar” tidak hanya merupakan praktik realitas dari sebuah kepercayaan atau keagamaan saja. Istilah ‘Nyekar’ memiliki makna yang lebih dari itu. Agar lebih jelas, nantikan info selanjutnya dari MinKom !(Diskominfo/pb.nin/dok.wra/fa2/IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *