Mengenal Kopi Bajeng Seng, Kopi Yang Dikembangkan Pemuda Karang Taruna di Desa Sukowidi Kualitas Setara dengan Kopi Luwak

Mengenal Kopi Bajeng Seng, Kopi Yang Dikembangkan Pemuda Karang Taruna di Desa Sukowidi Kualitas Setara dengan Kopi Luwak.
MAGETAN – Keberadaan hewan pengerat bajing yang biasanya meresahkan para petani karena menjadi hama tanaman justru dimanfaatkan oleh pemuda pecinta alam Lawu tengah di Desa Sukowidi Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Mereka justru memanfaatkan hewan pengerat tersebut menjadi berkah dengan menghasilkan komoditas kopi. Bendahara pemuda pecinta alam Lawu Tengah Suroto mengatakan, keberadaan hewan berekor tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan produk kopi yang berkualitas. ” Keberadaan bajing disini justru kita manfaatkan menjadi nama brand kopi kita. Kita mempunyai kopi dengan brad bajing seng, ” Ujarnya ditemui di runmahnya.
Suroto menambahkan, produk kopi bajeng seng sebetulnya tak disengaja pasan saat mereka mencari biji kopi yang berasal dari kotoran hewan luwak. Di desa Sukowidi setiap musim pamen kopi pemuda pecinta alam juga mengumpulkan kopi hasil dari kotoran hewan luwak untuk dijadikan kopi luwak. ” Jadi pas nyari kopi luwak, kita banyak mendapati kopi kopi yang juga di makan oleh hewan bajing, jumlahnya cukup banyak, ” Imbuhnya.
Sebelumnya mereka enggan mengolah kopi yang dimakan bajing sebagai kopi berkualitas seperti kopi luwak. Namun rasa penasaran membuat para pemuda pecinta alam memungut kopi yang dihasilkan dari sisa makan hewan bajing tersebut. “Jadi pas kita nyari kopi luwak kita juga kumpulkan kopi yang dimakan bajing tersebut. Bedanya kalau kopi luwak itu biasanya biji kopinya mengumpul dan bijinga sudah bersih, tapi kopi yang dimakan bajing ini biasanya kadang ngumpul kadang mencar dan disitu pasti ada sisa kulit kopi karena bajing kan yang dimakan itu kulit kopinya. Beda dengan luwak yang dimakan itu bijinya, ” Ucap Suroto.
Dari eksperimen yang dilakukan dengan menyangrai dan menjadikan kopi dari sisa hewan bajing tersebut ternyata rasanya kurang lebih seperti kopi luwak. Sejak saat itu kopi yang dimakan hewan luwak juga dijadikan brand kopi yang mereka buat. ” Akhirnya kita sepakat untuk menjadikan kopi hasil dari hewan bajing ini menjadi kopi bajing seng. Kalau kita nyebut bajing saja rasanya seperti bahasa kasar, akhirnya kita tambahin bajing seng biar kata itu menjadi halus, ” Katanya.
Sejak diperkenalkan setahun lalu mereka kewalahan melayani pesanan kopi bajing seng. Keaukitannya karena kopi jenis bajing seng tidak akan tersedia jika tidak musim panen kopi. ” Untuk harga kopi bajeng sek perkilo kita patok Rp 400.000 dibawah harga kopi luwak. Untuk ketersediaan ini sangat terbatas, paling satu kali masa panen sekitar 20 sampai 40 kilo, ” Ucapnya.
Aurot berharap pwtani kopi di Desanya menjaga kelestarian lingkungan agar produk kopi bajeng seng terus lestari mengingat dibutuhkan keseimbangan alam mengingat hewan bajing juga membutuhkan ekosistem di alam yang sehat(Diskominfo / kontrib.skc / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *