Mengenal Desa Terung, Tempat Latihan Pasukan Perang Adipati Terakhir Kerajaan Majapahit

Mengenal Desa Terung, Tempat Latihan Pasukan Perang  Adipati  Terakhir Kerajaan Majapahit.

Desa Terung di Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan diyakini sebagai lokasi latihan perang pasukan terakhir Majapahit di akhir abad XV saat  Kerajaan Majapahit melawan Kesultanan Demak. Budayawan Totok Widhiarto mengatakan, Terung sebagai lokasi tempat latihan perang terjadi pada pada tahun 1400 saka atau pada tahun 1478 Masehi.

Pada saat itu Adipati Terung merupakan panglima terakhir  dari Kerajaan Majapahit sebelum runtuh. “Itu terjadi pada tahun 1400 tahun saka atau 1748 kalau Masehi terjadi huru hara. Kemudian Adipati Terung dipanggil untuk menjadi panglima perang dengan Demak Bintoro. Pada saat itu panglima perang Majapahit adalah Adipati Terung sementara panglima perang Demak adalah Sunan Ngudung,” ujarnya.

Totok menambahkan,  bukti sejarah keberadaan Desa Terung sebagai lokasi Latihan perang yaitu dengan ditemukannya patung arca ganesha 2 buah yang hilang dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.  Adipati Terung sendiri merupakan pemeluk agama Syiwa Budha dibuktikan dengan adanya temuan arca gubuk yang merupakan tempat pemujaan.

“Di Terung ada situs yang ditemukan arca ganesha ada 2 sekarang sudah hilang, Kemudan ada juga arca gubuk yang merupakan tempat pemujaan, ini bukti bahwa agama Adipati Terung itu adalah Syiwa Budha bukan Islam seperti informasi yang beredar saat ini,” imbuhnya.

Punden Desa Terung menurut Totok merupakan petilasan tempat perabuan dari jasad Adipati Terung. Desa Terung menurut Totok tercatat dalam sejarah sebagai Terung Kulon karena di Sidoarjo terdapat Desa Terung Wetan sebagai lokasi dari Kadipaten Terung.  “Jadi Terung itu ada 2 yaitu Terung Wetan di Sidoarjo sebagai lokasi kadipaten Terung dan Terung Kulon itu di Desa Terung sini,” ucapnya.

Di bagian Timur punden Terung terdapat lahan sekitar 8 hektar yang diperkirkan merupakan lokasi dari pemukiman dan juga lokasi latihan pasukan dari Panglima Perang Adipati Terung, mengingat lokasinya yang rata. Warga menyebut lokasi tersebut Kebon Komplang, karena selama ini tidak ada warga yang bermukim di kawasan tersebut, padahal lokasinya sangat strategis dan landai.(Diskominfo / kontrib.skc / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *