Makam Kembang Sore dan Masjid Tiban, Wisata Religi Andalan Pacalan dalam Anugerah Desa Wisata

Jejak peradaban dan penyebaran agama Islam di Kabupaten Magetan, salah satunya berada di Desa Pacalan, Kecamatan Plaosan. Di desa yang terletak di lereng Gunung Lawu ini, terdapat makam leluhur. Yakni, kompleks pemakaman Kembang Sore.

Makam ini merupakan peristirahatan terakhir dari Raden Nolodipo serta sejumlah tokoh. Raden Nolodipo ini, konon memiliki andil dalam berdirinya Kabupaten Magetan bersama Raden Ki Mageti.

Menurut legenda, Raden Nolodipo ini mampu menanam kembang atau bunga di pagi hari. ‘’Dan, sore harinya si kembang ini sudah bisa mekar. Maka, beliau ini sering disebut pula Kiai Ageng Kembang Sore,’’ ujar kepala Desa Pacalan, Agus Suharto, ST, MT, Rabu (13/04/2022).

Menurut Agus, wisata religi menjadi salah satu andalan Desa Pacalan dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Di pemakaman Kembang Sore ini, juga dimakamkan Bupati ke-2 Magetan, KRMT Poerwodiningrat atau Kj. Ky. Adipati Poerwodiningrat. Di tempat ini, dimakamkan pula Bupati ke-3 Magetan, KRT. Sosrodipuro. Di mana, Kiai Ageng Kembang Sore adalah guru kedua Bupati Magetan tersebut. Desa Pacalan dahulu kala adalah tanah perdikan.

Selain pemakaman Kembang Sore, di kompleks ini juga ada masjid tua. Namanya, Masjid Al-Furqon. Tempat ibadah umat Islam di Pacalan tersebut, sering disebut dengan Masjid Tiban. ‘’Masjid telah mengalami renovasi. Namun, empat tiang utamanya atau soko gurunya masih berdiri dan dipertahankan,’’ kata Agus, sang kepala desa.

Arsitektur Jawa terlihat pada bangunan utamanya yang berbentuk Joglo dengan tiga buah pintu utama. Juga bisa dilihat dari empat soko guru atau tiang utama di dalam masjid yang terbuat dari kayu.

Selain kedua wisata religi tersebut, Desa Pacalan dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 juga menyiapkan wisata kuliner. Di desa ini, kita bisa menikmati mie jerembak atau selada air. Juga sego takir dan sego rogoh.

Juga ada wisata edukasi berupa kerajinan. Yaitu, anyaman dan miniatur dari bambu. Serta kerajinan bunga dari limbah plastik, ‘’Kita juga punya wisata batik. Namanya, batik Perdikan,’’ terang Agus.

Di Pacalan ini juga ada tradisi Dawuhan Sumber Mudal. Itu merupakan tradisi masyarakat Desa Pacalan yang di laksanakan setiap hari Jumat Legi pada bulan Muharam. Masyarakat membawa nasi Ambeng dan menyembelih dua kambing di area sumber mudal. ‘’Tradisi tersebut turun temurun dari leluhur.’’(Diskominfo/kontrib.rif/fa2/IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *