Gemuruh tepuk tangan mengiringi momen bersejarah dalam Tawanganom Ekraf Festival 2 Tahun 2025, ketika Bupati Magetan Hj. Nanik Sumantri secara resmi melaunching Batik Lurik Nawangsari, sebuah karya yang tak hanya menampilkan keindahan motif, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam tentang kehidupan, kebersamaan, dan jati diri masyarakat Kelurahan Tawanganom.
Di tengah semarak acara yang mengusung tema “Merajut Kreativitas Mengukir Identitas”, salah satu tokoh Ibu Yuni, pengrajin sekaligus Ketua Paguyuban Batik Lurik Nawangsari. Dengan tangan-tangan terampilnya, ia bersama para pengrajin lain dari wilayah RT 1 Tawang Sari melahirkan batik yang sarat makna dan bernilai budaya tinggi.
“Batik Lurik Nawangsari ini kami beri filosofi Lintang Semut,” tutur Yuni dengan senyum bangga. “Kata Lintang berarti bintang kecil, namun mampu menyinari jagat raya. Sedangkan Semut melambangkan kegotongroyongan dan kerja keras seluruh warga Kelurahan Tawanganom. Dua hal ini menjadi cerminan karakter masyarakat kami yang sederhana, tapi penuh semangat dan kebersamaan.”
Motif Lintang Semut bukan sekadar corak, tetapi ikon yang menjadi penanda otentik batik asal Tawanganom. Di setiap helai kainnya, garis-garis lurik berpadu dengan detail simbol lintang dan semut yang halus, seolah menceritakan kisah panjang tentang sinar harapan yang lahir dari kerja kolektif.
Yang menarik, batik ini dibuat dengan teknik canting tradisional, bukan hasil cetakan modern. Setiap goresan malam adalah hasil sentuhan tangan manusia, menciptakan tekstur dan nuansa yang unik di tiap lembar.
Kini, Batik Lurik Nawangsari dengan ikon Lintang Semut menjadi simbol baru bagi Tawanganom bukan sekadar karya kriya, melainkan wujud nyata dari semangat “Merajut Kreativitas Mengukir Identitas.”(Diskominfo:may / fa2 / IKP1)


