Untuk meningkatkan semangat dan budaya literasi dilingkungan pondok pesantren yang ada di wilayah Magetan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan gelar bedah buku Kronik tiga abad Temboro karya Dadang Budiana .
Bedah buku ini diselenggarakan di Gedung A Pusat Graha Literasi Kabupaten Magetan, Jalan raya Plaosan-Sarangan, Rabu,(17/9/25), dihadiri oleh para penggiat literasi di Magetan, Pengurus Pondok pesantren, pengurus MGMP bahasa Jawa dan sejarah, kalangan akademisi juga para pengurus Dewan Masjid Magetan.
Kuncahyo Mahadi Kepala Bidang Pengelolaan dan Layanan Perpustaakaan dalam laporan kegiatannya menjelaskan ” Kegiatan ini bertujuan untuk sebagai upaya aktif dalam mendukung amanat perbub no 62 tahun 2020 tentang Gerakan Literasi Kabupaten Magetan,menguatkan literasi masyarakat khususnya tentang literasi sejarah, memperkuat silahturahmi antara pemerintah dan masyarakat khususnya di kalangan pondok pesantren. memberikan ruang penulis di Kabupaten Magetan untuk mengekspresikan karya tulisnya. “paparnya.
Suhardi Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan dalam sambutannya menuturkan ” Dengan adanya bedah buku ini diharapkan kedepan akan terbit edisi selanjutnya, Dinas Arpus bukan hanya untuk anak didik, maupun seniman dan pelaku budaya tapi kami akan juga hadir di lingkungan pondok pesantren untuk meningkatkan literasi dilingkungan pondok pesantren yang ada di wilayah Kabupaten Magetan.” jelas Kadin Arpus Kabupaten Magetan ini.
Dadang Budiana penulis buku Kronik tiga abad Temboro kemudian menjelaskan ” Ada beberapa alasan saya menulis buku ini karena selama saya tinggal di Temboro ini belum ada buku sejarah tentang kampung Temboro , oleh karena itu selama tahun 2021 -2022 kami mencari sumber sumber sejarah tentang Temboro yang ada korelasinya dengan sejarah bangsa Indonesia. Semoga dengan buku ini kedepan akan ada penelitian yang mendalam, karena buku ini sementara ini hanya memotret sebagian saja perjalanan Temboro. Kalau kedepan ada yang menulis lagi tentunya akan memperkaya literasi tentang Temboro ini. ” jelasnya.
” Selama ini ada beberapa kendala dalam mencari sumber infirmasi yang tersebar banyak sumberlain yang masih ada di negeri Belanda oleh karena itu kami berharap kedepan Pemerintah RI maupun Kabupaten Magetan mengupayakan agar sumber sumber informasi tersebut bisa kita dapatkan. Pemerintah perlu memikirkan dana riset yang memadai agar hasilnya lebih maksimal. ” tambah penulis kronik tiga abad Temboro ini.
Sebagai pembedah buku Asep Yudha Wirajaya menuturkan ” Identitas lokal bukan semata mata Ndeso tapi dari lokal bisa membangun Indonesia secara utuh. “tuturnya
Sementara itu sebagai pembedah ke-2 Teguh Wahyu Utomo mengatakan ” Entitas sejarah harus dimulai dari sekarang terutama sejarah agar generasi mendatang tidak “kepaten Obor” . Ayo kita tuliskan tentang lokal konten suatu saat nanti bisa dijadikan bukti untuk menjaga identitas diri bangsa. Orang akan bisa mengenal jatidiri kalau tahu sejarah.” pungkasnya.
Diakhir sesi kegiatan diisi dengan diskusi 2 arah antara peserta dan para pembedah buku sebagai narasumber.(Diskominfo / kontrib.bst / fa2 / IKP1)