“Klaw, ke, tek, ke, tek, kung, ” 1000 Perkutut Manggung Rayakan Kemerdekaanya.
Rangkaian Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 78 di Kecamata Nguntoronadi, agak berbeda dengan yang upacara lain. Ada sesuatu yang unik dimana ada 1.000 burung perkutut yang dilepas bebas ke alam, sesaat setelah kegiatan upacara selesai dilaksanakan. Alun-alun Nguntoronadi, Kamis,( 17/8/23)
Sebagai langkah awal pelepasan satwa ke alam dipilih Perkutut, karena didalam budaya Jawa burung yang satu ini mempunyai tempat sendiri yang khusus dimata penggemar dan pemiliknya, dimana suara burung ini dipercaya bisa memberikan rasa ayem atau ketenangan jiwa , selain tentunya unsur katuranggan dari burung ini menjadi kebanggaan juga. Hingga di Magetan yang kulturalnya dipengaruhi budaya mataraman masyarakatnya pun banyak yang memelihara perkutut, dan menjadi bagian dari kehidupan keseharian.
Adapun jenis perkutut yang dilepas hari ini adalah perkutut lokal, yang sudah terbukti ketahanannya saat dilepas dialam bebas. Yang merupakan hasil sumbangan dari berbagai pihak antara lain Bupati Magetan Kadin Kominfo, Camat Nguntoronadi, Kaplosek Nguntoronadi, Danramil Nguntoronadi, Kepala Puskesmas Nguntoronadi, Kepala Desa Se Kec Nguntoronadi, Kepala SD se Kec Nguntoronadi, Balai KB Kec Nguntoronadi, Penyuluh Pertanian Kec Nguntoronadi, Perangkat Desa Se Kec Nguntoronadi, Pendamping Desa, Bumdesma LKD Kec Nguntoronadi, Tokoh Masyarakat se Kec dan Badan Kerjasama Antar Desa Bersama Kita Bisa Kec Nguntoronadi
” Kegiatan pelepasan burung perkutut ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah Kabupaten Magetan, bahkan Bupati melalui Diskominfo menyampaikan apresiasi positif dan mengucapkan terima kasih ke masyarakat yang telah melaksanakan kegiatan ini. Kegiatan pelepasan burung perkutut ini menunjukkan bahwa masyarakat Magetan khususnya Kecamatan Nguntoronadi peduli kepada lingkungan. Sampai untuk kegiatan peringatan 17 Agustus, kecamatan ini tidak hanya melaksanakan peringatan seremonial saja akan tetapi juga dengan kegiatan peringatan yang peduli dan berdampak pada lingkungan alam. Semoga dengan kegiatan ini bisa memeberikan edukasi kepada yang lain untuk juga peduli akan lingkungan. Untuk itu sebagai wujud rasa syukur akan kemerdekaan mari kita rawat dan jaga alam lingkungan kita bersama.” Ungkap Kadis Kominfo, Cahaya Wijaya.
Dikesempatan yang sama Yanu Hari Wibowo, Camat Nguntoronadi menceritakan bahwa ” Pelepasan burung perkutut, merupakan tindak lanjut dari ide yang diinisiatori oleh Mbah Tatak Kades Gorang-gareng, melihat ide yang bagus ini dan dampak positif dari kegiatan ini pihak kecamatan kemudian memfasilitasi dan mendukungnya, dengan mengemas ide ini dalam satu rangkaian dengan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, kegiatan ini dimaksud untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, utamanya satwa di Nguntoronadi agar tidak punah” terang Yanu.
Sementara itu, Tatak Pantjono Utomo Kepala Desa Gorang Gareng selaku inisiator mengaku ide ini muncul berawal dari keprihatinnya terhadap kondisi lingkungan saat ini, dimana sulit melihat burung liar dilingkungan, burung-burung yang dulunya mudah ditemui di alam kini sudah jarang muncul, hingga Tatak lalu ngobrol berbincang dengan masyarakat untuk bagaimana agar peringatan HUT RI tidak berkutat di kegiatan seremonial saja, dari hal tersebut kemudian Tatak mempunyai ide untuk melepas burung perkutut ke alam, sebagai wujud kepedulian kepada alam utamanya satwa, dipilihnya perkutut karena ada kesakralan burung perkutut ini di budaya jawa. Tatak kemudian berharap ” Pelepasan burung ini tidak hanya dengan melepas burung saja tetapi juga diikuti dengan aturan, utamanya untuk peraturan desa, bagaimana peraturan desa maupun peraturan diatasnya bisa melindungi satwa” . Tatak juga mengungkapkan “Kegiatan ini meskipun spontanitas yang hanya memakan waktu sehari, akan tetapi mendapat respon yang sangat baik dari berbagai pihak, bahkan sampai bupati, dinas, forkopimca dan unsur pendidikan serta masyarakat umum banyak yang menghubungi untuk bisa turut serta bersama-sama melepas burung perkutut ke alam “pungkas Tatak.(Diskominfo / fa2 / IKP1)