Masa purna tugas bagi seorang Aparatur Sipil Negara bukan sekadar berhenti dari rutinitas kerja, melainkan memasuki fase baru kehidupan dengan ritme yang berbeda. Hal inilah yang kini dijalani oleh Dwi Sujatmiko, salah satu anggota KORPRI dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Magetan, yang hari ini resmi memasuki masa purna tugas.
Ditemui usai kegiatan pelepasan anggota korpri yang purna tugas, Dwi Sujatmiko menuturkan bahwa dirinya resmi mengakhiri masa tugasnya per 1 Desember 2025. “Ya, bulan ini sudah pensiun,” ujarnya singkat dengan nada tenang.
Kini, Dwi Sujatmiko tinggal di kawasan KPR Asabri I Magetan. Memasuki hari-hari awal purna tugas, ia memilih menjalani aktivitas sederhana di rumah. Tidak ada agenda besar atau rencana usaha tertentu yang langsung dipersiapkan.
“Untuk sementara ya di rumah dulu, beres-beres rumah yang kemarin belum sempat. Belum terpikir usaha apa, mungkin ke depan nanti,” tuturnya jujur.
Meski telah purna tugas, jalinan komunikasi dengan rekan-rekan kerja tetap ia jaga. Baginya, hubungan yang telah terbangun selama bertahun-tahun tidak serta-merta terputus hanya karena masa tugas telah berakhir.
“Insya Allah masih menjalin komunikasi, meskipun sudah keluar, masih ada beberapa yang saya simpan, masih sering berkomunikasi,” katanya.
Dalam menjaga kesehatan di masa purna tugas, Dwi Sujatmiko memilih aktivitas ringan yang menyatu dengan keseharian. Membersihkan rumah, bergerak aktif, dan tidak membiarkan diri larut dalam diam menjadi pilihannya. “Ya paling bersih-bersih rumah, kegiatan ringan saja di rumah,” ujarnya sambil tersenyum. Ia mengaku belum memiliki rencana khusus seperti bersepeda atau aktivitas olahraga tertentu, namun tetap berupaya menjaga tubuh agar tetap bergerak.
Di akhir wawancara, Dwi Sujatmiko menyampaikan pesan kepada ASN muda yang masih aktif bertugas. Menurutnya, komitmen terhadap SOP, semangat kerja, dan integritas merupakan fondasi utama dalam pengabdian sebagai aparatur negara.
“Komitmen pada SOP itu penting, semangat juga penting. Kalau pikiran kita tidak fokus ke pekerjaan, akan susah. Dan yang paling penting, integritas. Kalau tidak ada integritas, semuanya bisa berantakan,” pesannya.
Ia juga menekankan bahwa pengabdian akan terasa lebih ringan apabila dijalani dengan perasaan senang dan tulus. “Bekerja itu harus dijalani dengan senang. Kalau kita enjoy, pekerjaan bisa dijalani dengan baik,” tutupnya.
Kisah Dwi Sujatmiko menjadi potret sederhana bahwa purna tugas bukan akhir dari makna pengabdian. Nilai, pengalaman, dan pesan moral yang ditinggalkan justru menjadi warisan berharga bagi generasi ASN berikutnya.(Diskominfo:may / fa2 / IKP1)

