Beternak Embug, Petani dari Kecamatan Bendo Ini Hasilkan Pupuk Granul Terbaik Untuk Tanaman.
Siapa sangka dari hewan yang dianggap hama bagi pohon kelapa dan tebu ini, ditangan petani di Kecamatan Bendo bisa dihasilkan pupuk organic grano terbaik untuk tanaman. Adalah Sarnianto yang berhasil mengembangkan pupuk organik granul dari larva kumbang tanduk. “ Disini warga biasanya menyebut embug. Embug ini larva dari kumbang yang biasanya merupakan hama tanaman kelapa dan tanaman tebu,” ujarnya.
Sarnianto mengaku menemukan pupuk granul organik dari embug berawal saat dirinya diberhentikan dari pekerjaan di perusahaan insektisida di Jakarta pada tahun 2021 lalu. Pulang kampung kembali kerumah Magetan, membuat dia sering mengamati keberadaan embug saat mengangkut pupuk kandang untuk dibawa ke sawah. “ Disitu saya melihat kotoran sapi itu bagus dengan bentuknya seperti pupuk granul kalau ada embugnya. Kotoran sapi atau kambing itu selalu bagus degan kondisi kering dan bentuknya granul,” imbuhnya.
Selama lebih dari 6 bulan Sarnianto bersama dengan rekannya Bimo Kuntoro kemudian mencari informasi terkait wangwung atau kumbang tanduk di youtube. Dari youtube itulah mereka kemudian mencoba menangkap indukan kumbang untuk dikembangbiakkan. “ Kita belajar dari youtube bagaimana membuat bio dari tetes tebu dan air kelapa serta limbah buah buahan yang telah busuk dari pasar. Dari percobaan yang kita lakukan kita akhirnya berhasil membuat indukan dari telur yang berhasil kita pancing,” tuturnya.
Wangwung atau kumbangtanduk menurut Sarnianto indukannya akan mati seminggu setelah bertelur. Seminggu kemudian telur yang diletakkan di dalam kotoran sapi maupun kambung akan menetas dan akan menjadi larva. “ Usia larva ini sampai 11 bulan. Dia butuh makanan dari kotoran sapi atau kambing. Disini kita akhirnya mencoba memberikan sayur sayuran limbah rumah tangga dan hijauan dari daun ubi, pepaya atau daun kelor untuk meningkatkan kandungan NPK dari granul hasil embug,” jelasnya.
Dari 1 kwintal embug yang saat ini di pelihara Sarnianto mengaku berhasil mendapat pupuk sekitar 900 kilogram setiap hari. 1 kilogram embug membutuhkan 10 kilogram kotoran maupun sampah sayuran organik rumah tangga. “ Satu kilo embug itu membutuhkan sekitar 10 kilogram sampah sebagai makanannya. Hasilnya sekitar 9 kilogram pupuk organik granul yang baik untuk tumbuh tumbuhan,” katanya.
Dari hasil percobaan pengunaan pupuk granul organik kotoran embug Sarnianto berhasil menumbuhkan tanaman terong setinggi lebih dari 1 meter. Pupuk granul organik yang dihasilkan embug menurut Sarnianto juga memiliki keunggulan mampu bertahan direndam dalam air selama 6 bulan. “ Uniknya pupuk ini tetap mengeluarkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dia mengeluarkan sedikit demi sedikit meski selama 6 bulan bisa bertahan dengan bentuk granulnya,” tuturnya.
Sarnianto berharap petani di Kabupaten Magetan bisa ikut mengembangkan beternak embug yang akan membantu petani mengurangi ketergantungan kepada pupuk kimia. Pupuk granul organik juga akan membuat tanah pertanian kembali subur dengan kandungan hara alami dari pupuk yang digunakan, karena merupakan pupuk organik. “ Harapan kita dengan metode ini kita bisa membuat pupuk granul sendiri secara alami, karena untuk untuk membuat granul itu alatnya mahal. Dengan memelihara embug membuat pupuk granul lebih mudah dan murah. Lahan pertanian di Magetan nantinya juga akan kembali subur dan petani tidak kesulitan dengan pupuk yang saat ini semakin sulit dan mahal,” pungkasnya.(Diskominfo / kontrib.skc / fa2 / IKP1)