Tausiyah “Cinta Tanah Air Bagian dari Iman” di Pengajian Rutin Pemkab Magetan

Dalam pengajian rutin “Kamis Kliwon Ngresiki Ati” yang digelar Pemkab Magetan pada Kamis (21/8/2025), Ustadz yang juga menjabat sebagai Pj. Sekda Kabupaten Magetan, Muhtar Wakid, menyampaikan tausiyah bertema “Cinta Tanah Air Bagian dari Iman”.

Ustadz Muhtar, menjelaskan bahwa manusia terdiri dari jasad, jiwa, dan ruh. Ruh merupakan tiupan Allah SWT, sehingga setiap manusia berasal dari sumber yang sama. Karena itu, menjaga jiwa dan membersihkan hati (ngresiki ati) menjadi bagian penting dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Mengapa cinta tanah air termasuk bagian dari iman? Hal ini dikaitkan dengan Rukun Iman yang enam, serta diperkuat dengan berbagai ayat Al-Qur’an, di antaranya:

QS. Al-Ahzab (33:21) – Rasulullah sebagai suri tauladan.
QS. An-Nahl (16:120, 123) – Nabi Ibrahim sebagai imam dan teladan umat.
QS. Al-Mumtahanah (60:6) – Nabi Ibrahim teladan yang baik.
QS. Al-Baqarah (2:126, 207) – Doa Nabi Ibrahim untuk negerinya dan pengorbanan demi kedamaian.
QS. Al-Ankabut (29:2) – Orang beriman pasti diuji.
QS. Al-Maidah (5:48, 94) – Setiap umat memiliki syariat masing-masing, dan ujian adalah bagian dari pembuktian iman.
QS. Maryam (19:96) – Kasih sayang Allah kepada orang beriman.
QS. Al-A’raf (7:96) & Hud (11:117) – Negeri yang baik akan mendapat rahmat Allah.
QS. Al-Isra (17:16) – Peringatan bagi kaum yang hidup mewah tanpa ridho Allah.

Dari berbagai dalil tersebut, Ustd. Muchtar menegaskan bahwa cinta tanah air bukan sekadar slogan, melainkan manifestasi keimanan. Mengorbankan diri demi kedamaian, menumbuhkan kasih sayang, serta menghadapi ujian hidup dengan sabar merupakan bagian dari lulusnya ujian keimanan seorang hamba.

Sementara itu, Ketua Majelis Taklim Ngresiki Ati Sekretariat Pemda, Permadi Bagus, menambahkan harapannya agar ilmu dari pengajian ini benar-benar dapat diterapkan. Ia menekankan tiga poin penting:

  1. Mengorbankan diri untuk mendapatkan ridho Allah.
  2. Menjadikan sinyal kasih sayang sebagai landasan iman.
  3. Menguatkan diri dalam menghadapi ujian hidup, bukan sekadar berdoa untuk dijauhkan dari ujian.

“Seringkali kita berdoa untuk dihindarkan dari ujian, padahal sesungguhnya kita harus memperkuat diri agar mampu lulus dari ujian itu,” pesan Permadi.(Diskominfo:okt / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *