Kontes Pamelo, Hidupkan Kembali Sentra Pamelo Betasukamangun
Potensi Magetan sebagai sentra jeruk pamelo, lebih dipoles lagi oleh DPTHP, melalui Kontes Pamelo 2024, sebagai kegiatan lanjutan dan puncak dari rangkaian Hari Krida Pertanian, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengankat kembali sentra-sentra kebun jeruk pamelo yang dahulu pernah menjadi kawasan primadona untuk produk jeruk pamelo, yang kala itu di singkat dalam akronim Betasuka Mangun (Bendo, Takeran, Sukomoro, Kawedanan, Magetan dan Nguntoronadi) Gor Ki Mageti, Minggu (30/6/24).
Diikuti oleh 32 peserta, yang berasal dari kawasan sentra tersebut, acara yang di digelar di GOR Ki Mageti, mendatangkan beberapa ahli pamelo; Ir. Emi Budiarti dari BRIN, Buyung Safitra, SP dari BPSB Prop. Jatim dan Hadi Sumarlan POPT Prop Jatim, yang kemudian didaulat menjadi juri. Dinilai dari kebersihan, bentuk,warna, dan tebal kulit untuk penilaian luar, tebal tekstur, warna, jumlah biji untuk penilaian dalam, dan yang utama adalah rasa daging buah pamelo-pamelo ini dikompetisikan
Tentang apa kelebihan yang dimiliki oleh jeruk pamelo dari Magetan, Hadi salah satu dewan juri menyatakan, “Yang dilombakan kali ini semua jeruk besar, jadi semua varietas ditandingkan. Untuk potensi pamelo Jawa Timur ada di Magetan, jeruk pamelo Magetan menang di rasa, untuk tampilan beberapa masih kurang.”
Untuk tampilan jeruk pamelo agar lebih menarik, Hadi lalu membagikan ilmunya, “Yang paling utama untuk dikebun itu kurangnya pupuk organik yg dikembalikan ke sawah, rata rata mayoritas karena petani lebih mengandalkan pupuk kimia, sedang kimia lama-lama akan merusak tanah, yang tetap baku organik. Jika dihitung dr panen 1 pohon 50-60 kg, kalau diambil (untuk) pupuk organik dari harga jeruk sebenarnya tidak seberapa, tapi sementara ini tren petani masih menyukai pupuk kimia.” ungkapnya.
Dikesempatan yang sama, Joko Prianto, petani kawakan jeruk pamelo asal Sukomoro menceritakan bagaimana sejarahnya hingga tertarik untuk menanam pamelo, “Sebagai penerus orang tua, 2007 mulai menanam pamelo, berawal bertani menanam tebu, terus mencoba menanam jeruk ternyata secara ekonomi lebih menguntungkan daripada menanam tebu, perhektar bisa dua kali lipat hasilnya, akhirnya banyak yang nanam jeruk besar”, Tapi pernah juga jeruk pamelo mengalami sedikit masa suram, “Di tahun 2018, karena kemarau panjang, banyak pohon (jeruk pamelo) banyak yang mati sehingga, beberapa orang rekan-rekan petani berkurang semangatnya, namun masih ada yang punya semangat dan tetap menanam kembali jeruk besar ini.” ceritanya
Lebih lanjut Joko mengatakan, “Harapannya kedepan supaya produksi pamelo lebih meningkat, dan pesan untukrekan-rekan petani pamelo agar semuanya semangat, untuk meningkatkan produktifitas pamelo Magetan, untuk lebih maju kwalitas dan kuantitasnya, sehingga meningkatkan pula dari sisi perekonomian petaninya.” pungkas Joko, yang pernah mendapat juara 1 tingkat nasional dalam Kontes Pamelo Balai Disto.
Setelah melalui proses penjurian yang ketat, didapat hasil juara 1 jeruk pamelo Adas Duku milik Sarni dari Desa Duwet, juara 2 jeruk pamelo Adas Duku milik Supardi dari Desa Bibis, dan untuk juara 3 jeruk pamelo Bali Merah dari Desa Bibis. Sebagai penutup rangkaian Peringatan Hari Krida Pertanian, Kadin TPHP menyerahkan piala serta hadiah kepada para pemenang.(Diskominfo / fa2 / IKP1)