Halaqah Fiqih Peradaban Merawat Tradisi Menjemput Peradaban

Halaqah Fiqih Peradaban Merawat Tradisi Menjemput Peradaban

Bertempat di Yayasan Perguruan Islam Cokrokertopati 2 Desa Kerang Kecamatan Takeran, kemarin malam dilangsungkan Halaqah Fiqih Peradaban merawat tradisi menjemput peradaban dengan tema “Pengalaman Islam Indonesia dalam membangun peradaban Nusantara “. (Senin, 18/12/2023)

Hadir dalam kesempatan ini Ketua DPRD Magetan Sujatno, Forkopimca, Pengasuh Yayasan Perguruan Islam Ponpes Salafiyah Cokrokertopati KH.Muh. Sayid Zuhdi Tafsir , Pengurus PBNU Jawa Timur KH. Makruf Khozin , dan Pengurus PBNU Pusat Gus Kholidi Kholil.

Ketua Panitia Gus Fuad dalam sambutannya mengatakan ” Acara Halaqah Fiqih Peradaban malam hari ini merupakan manifestasi puji syukur kepada Allah SWT, Alhamdulilah Ponpes Salafiyah Cokrokertopati ini merupakan salah satu pondok yang menyelenggarakan bersama dengan 200 ponpes di seluruh Indonesia ,kegiatan ini diadakan di 200 pondok pesantren di Indonesia. Dengan harapan seluruh jamaah yang hadir bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat .”pungkasnya.

Dalam Sambutannya Ketua DPRD Magetan Sujatno mengatakan ” Kami ucapkan terimakasih kepada Yayasan Perguruan Islam Cokrokertopati yang menyelenggarakan Halaqah Fiqih Peradaban .Karena dengan kegiatan seperti ini meningkatkan ukuwah islamiyah, dan menjaga rasa kebangsaan kita, meningkatkan pengamalan Pancasila, UUD 1945 dan memperkuat jiwa bahwa NKRI harga mati.”terang Sujatno

KH Makruf Khozin dalam paparannya menjelaskan ” Islam di Indonesia disebarkan dengan cara damai dan santun. Wali Songo yang menyebarkan agama islam juga menggunakan tradisi yang ada ,karena tradisi harus dilestarikan selama tradisi itu tidak dilarang agama. Islam di Indonesia bukan Islam yang menghanguskan tradisi tapi justru melestarikan tradisi selama tradisi itu bukan yang dilarang agama “ujarnya

Sementara itu Gus Kholidi Kholil menyampaikan “Menurut literasi yang ada Ponpes Cokrokertopati ini adalah pelopor tarekat Satariyah di Indonesia . Orang yang mengikuti tarekat tidak akan melakukan tindakan yang subversif/memberontak karena mereka akan lebih toleran. Kalau kita menemui seseorang yang enak diajak ngobrol dan selaras dengan pemikiran kita maka ruh kita dan orang tersebut di akhirat berteman. “pungkasnya.(Diskominfo / kontrib.bst / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *