Ngabuburit Berburu Takjil di Kampung Madinah Magetan.
Kabupaten Magetan memiliki sebuah perkampungan unik yang dinamakan Kampung Madinah, tepatnya di desa Temboro Kecamatan Karas. Disebut Kampung Madinah karena hampir seluruh warga di desa Temboro yang kebanyakan merupakan santri dan santriwati Pondok Temboro mengenakan pakaian yang digunakan oleh penduduknya seperti pakaian masyarakat Arab. Pria menggunakan busana jubah dan penutup kepala, sementara perempuan menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian warna gelap dan sebagian besar menggunakan burka. “ Gaya busana tersebut telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari warga Desa Temboro. Berpakaian seperti itu karena orang sini pendidikan agamanya kuat. Mereka mengamalkan ilmunya itu,” ujar Ulul Azhar salah satu warga Desa Temboro.
Aktivitas masyarakat di Desa Temboro di Kabupaten Magetan, Jawa Timur yang dijuluki Kampung Madinah, selalu sepi saat azan berkumandang. Hampir seluruh warganya pergi ke masjid atau surau desa untuk beribadah. Ali salah satu pedagang pakaian mengemasi barang dagangan mereka. Sejumlah pembeli juga bergegas menyelesaikan belanjaannya. Sejenak kemudian, suasana jalan desa yang ramai oleh lalu lalang orang perlahan mulai sepi. “Kalau sudah azan jalan mulai sepi, kami tutup sebentar untuk salat zuhur. Jam 1 nanti baru buka lagi,” ujar Ali.
Tak kalah menarik adalah aktifitas warga Kampung Madinah di sore hari menjelang adzan sholat magrib, waktu menjelang berbuka puasa. Warga Pondok Temboro yang diperkirakan sekitar 20.000 jiwa tersebut tumpah ruah di Jl Madinah dan sekitarnya yang merupakan jalan utama Desa Temboro. Mereka berburu takjil untuk berbuka. “ Senang disini, suasananya seperti d Madinah, semua berpakaian muslim. Takjil disini juga banyak jenisnya, tak hanya kurma, banyak makanan dan minuman yang bisa kita beli untuk berbuka puasa,” ujar Muhamad Rasya Ramadhan salah satu santri yang sudah 2 thaun menjadi santri pondok.
Keramaian berburu takjil untuk berbuka puasa menurut Izah Turahmah berbeda dibandingkan hari biasa. Perempuan berpakaian burka yang menjual berbagai minuman buah dan jus tersebut mengaku di Bulan Ramddan keramian pembeli bisa 2 kali lipat dari hari biasanya. “ Hari biasanya kalau ramai bisa mendapat Rp 500.000 kalau Bulan Ramadhan seperti ini omsetnya bisa 2 kali lipat,” katanya.
Suasana berbeda akan kita temui saat menjelang adzan Maghrib. Jalan utama yang tadinya ramia oleh ribuan santri tiba tiba menjadi senyap. Hanya satu dua kendaraan yang terlihat lalulalang. Semua khusuk dengan persiapan berbuka puasa dan sholat Maghrib.(Diskominfo / kontrib.skc / fa2 / IKP1)