KSM Berseri Kelola Sampah di Kelurahan Magetan

KSM Berseri Kelola Sampah di Kelurahan Magetan

Dibentuk pada bulan Oktober, KSM Berseri kala itu diinisiasi oleh warga Kelurahan Magetan yang peduli terhadap lingkungan, khususnya masalah sampah. Muhammad Iqbal, salah satu inisiator KSM Berseri, mengaku sempat menemui beberapa kendala saat awal pembentukan anggota. Hal ini tidak menyurutkannya, dan tetap semangat memotivasi warga, sehingga akhirnya mendapat banyak dukungan.

Ia meyakinkan warga bahwa pekerjaaan yang berhubungan dengan sampah adalah pekerjaan yang mulia dan berguna bagi kepentingan masyarakat banyak. “Alhamdulillah dengan pengertian itu, kemudian ada motivasi tersendiri bagi teman-temen. Begitu pula dengan suasana yang kita ciptakan, bahwasanya intinya kita itu tidak ada istilahnya buruh dan majikan,” terang Iqbal.

Selain itu, Iqbal juga mengaku sempat terkendala masalah iuran. Awalnya, warga merasa berat dengan penetapan iuran sebesar Rp 20.000,-. Menurutnya, dengan dikembalikannya pengelolaan sampah ke masing-masing kelurahan/desa, maka masalah biaya perlu diperhitungkan ulang. “Tugas untuk memberikan pengertian kepada warga supaya bisa membayar itu sangat berat. Disitulah saya menyampaikan pada warga bahwasanya angka tersebut tidak akan seterusnya. Bahkan saya menjanjikan maksimal dalam waktu satu tahun itu pasti ada penurunan,” jelas Iqbal.

Adapun penurunan iuran akan terjadi ketika terdapat peningkatan pemasukan, baik dari retribusi atau pemasukin rutin di luar rumah tangga, dari hasil penjualan sampah non organik, serta kedepannya dari pengolahan sampah organik. “Bahkan saya sempat mengatakan insyaaallah paling lama dalam waktu 5 tahun kita tidak akan bayar dan itu logis. Yakni di satu sisi kita bisa berhemat dengan kita membuat TPS sendiri, dan disisi lain ada pemasukan tambahan,” ungkap Iqbal.

Tak berhenti sampai disitu, Iqbal mengaku bahwa cuaca menjadi kendala utama dalam perjalanan KSM Berseri. Juga kendal teknis seperti back up tenaga kerja, kendaraan, dan proses pembuangan residu pun sempat menjadi masalah.

Namun ia juga mengaku merasa terbantu dengan hadirnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebagai pendamping. “Bahkan kita juga sempat ada kendala, pernah pada saat proses pembuangan residu di TPS di BSI itu kita terkendala masalah antrian. Setelah konsultasi dengan DLH, alhamdulillah saat itu juga kontainer di TPS ditambah sehingga tidak ada antrian lagi,”pungkas Iqbal.(Diskominfo / kontrib.llk / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *