2 Payung Karya Rumah Belajar ‘KITA’ Jadi Pengisi Tetap Museum Payung Indonesia

2 Payung Karya Rumah Belajar ‘KITA’ Jadi Pengisi Tetap Museum Payung Indonesia

Bermula dari keikutsertannya pada Festival Payung Indonseia (Fespin) ke IX, 2  dari 15 payung karya Rumah Belajar KITA Magetan jadi pengisi tetap museum payung Indonesia. Festival ini diketahui sebagai salah satu festival bergengsi dan merupakan sister festival dengan Borsang Thailand.

Hadir bersama 81 grup seni dan komunitas kreatif dari 50 kota/ kabupaten di Indonesia, serta peserta dari Thailand, India, dan Spanyol,  Rumah Belajar KITA patut menjadi inspirasi karena dua karyanya berhasil menjadi pengisi tetap museum payung Indonesia yang digagas oleh founder Fespin 2022.

Karya yang menjadi pengisi tetap museum Payung Indonesia adalah payung batik tulis serat sentono. Dikatakan Wina salah satu penggagas Rumah Belajar KITA, serat sentono berarti tulisan yang mencerminkan keabadian dalam keindahan. 

“Serat adalah tulisan, sentono adalah nama suatu tempat di Desa Gebyog yang zaman dahulu konon katanya sebagai tempat mencari wangsit, untuk mendapatkan kharisma, menjadi pusat perhatian, kebahagiaan, kehormatan dan kesempurnaan. Di samping Sentono ada juga makam pendiri desa Gebyog, yang melambangkan keabadian dalam kebaikan, kesentosaan,” terang Wina melalui pesan singkat pada Senin (05/06).

Lebih lanjut Wina menambahkan, motif serat Sentono di antaranya ada bambu dan burung jalak yang merupakan ikon dari Kabupaten Magetan dan Gunung Lawu. “Karena bambu ada dan tumbuh subur  di setiap wilayah di Kabupaten Magetan,” terangnya.

Keikutsertaan Rumah Belajar KITA pada festival payung XI di Kota Solo pada 2 – 4 September kemarin, difasilitasi oleh Pemkab melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Magetan. 

Sebagai informasi,  Rumah belajar KITA adalah sebuah wadah sosial di Desa Gebyok  yang bergerak dalam aspek pemberdayaan perempuan, difabel, dan anak-anak serta edukasi di bidang batik canting, pengelolaan sampah domestik, juga konseling perempuan.

Di akhir sesi wawancara, Widi yang juga merupakan penggagas dari wadah sosial ini menitipkan pesan “besar harapan kami karya-karya rumah belajar KITA nantinya bisa dipajang di pendopo sebagai pelengkap program Sobo Pendopo, serta untuk media literasi bagi anak-anak usia dini agar lebih bisa menghargai dan mencintai Batik dengan cara yang lebih menyenangkan”.(Diskominfo: kontrib.fin / fa2 / IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *