Kisah Siti Romlah, Meyakinkan Warga Magetan Merubah Sampah Menjadi Emas

MAGETAN, Siang itu  Siti Romlan (35) Ketua Penggerak PKK Desa Dukuh Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan, Jawa Timur terlihat sibuk membenahi karton berukuran 5 X 5 cm yang ditengahnya terdapat titik berkilau. Ditengah karton tersebut terdapat setitik butiran emas murni 24 karat yang terdiri dari berbagai ukuran. Ukuran emas paling kecil seberat 0,025 seharga Rp 37.500. “ Ini baru selesai melayani ibu ibu tukar sampah dengan emas,” ujarnya Kamis (23/12/2021).

Sementara di bagian samping kanan rumah Siti Romlah terlihat Sri Wahyuni bersama 5 ibu ibu lainnya terlihat sibuk memisahkan bagian keras lingkaran gelas bekas air mineral. Dia mengaku pekerjaan memilah sampah di rumah Siti Romlah merupakan pekerjaan sampingan setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah.” Pekerjaannya ya memilah gelas bekas seperti ini untuk dibuat kerajinan lainnya seperti tatakan gelas dan lain sebagainya,” katanya.

Sri Wahyuni mengaku dari  memilah sampah dirumahnya sendiri sudah mampu mempuyai simpanan 3 kartu keping emas dengan masing masing berat emas 0,1 gram, dimana setiap kartu emas senilai Rp 124.000. Dia mengaku kartu emas yang dikumpulkan selama 3 bulan terakhir untuk berjaga jaga biaya sekolah anaknya. “ Masa corona seperti ini harus pandai menyimpan karena penghasilan  suami tidak mesti,” ucapnya.

Berawal dari bank sampah.

Siti Romlah memanfaatkan bagian kanan rumahnya sebagai penampungan sementara sampah plastic terutama gelas air mineral yang diambil dari rumah warga. Tempat tersebut juga digunakan sebagai tempat memilah sampah. Siti Romlah mengaku bergelut dengan sampah dilakukan baru satu tahun terakhir, saat di desanya mempunyai bank sampah. “ Pada awalnya satu bulan bank sampah itu nggak jalan. Nggak ada warga yang setor sampah,” katanya.

Selaku Ketua penggerak PKK Siti Romlah mengaku terpanggil untuk mengetahui mengapa bank sampah di desanya tidak bisa berjalan, padahal sampah berserakan di rumah warga. Dari hasil survey kecil kecilan yang dilakukan banyak warganya yang enggan repot repot menyimpan sampah. Mereka lebih memilih membakar atau membuang begitu saja sampah rumah tangga mereka.

Dari hasil survey tersebut membuat Siti Romlah berinisiatif untuk membagikan 3 karung kepada  warga. Satu karugn bertuiskan botol, karung kedua bertuiskan plastic dan karugn ketiga bertuliskan kertas. “ Akhirnya kita membagikan 3 karung kepada warga. Kita tulis kertas, plastik dan botol agar warag mudah menyimpan sampah mereka,” ujarnya.

Adanya karung gratis membuat warga mulai mau memilah sampah milik merka. Meski demikian bank sampah didesanya belum bisa berjalan seperti yang dikehendaki, warga masih enggan menyetorkan sampah mereka. Siti Romlah kemudian membuat jadwal  pengambilan sampah pada titik tertentu di perumahan warga. Dia juga turun tangan langsung dengan suaminya yang merupakan Kepala Desa Dukuh  untuk memungut sampah dari rumah warga dibantu sejumlah pekerja. “ Sesuai jadwal saya dan suami saya turun ke rumah warga mengambil sampah yang sudah dipilah,” katanya.

Satu truk hanya untung Rp 30.000

Menurut Siti Romlah dibutuhkan orang yang serius dan bertanggung jawab untuk mengurus sampah karena warga butuh kemudahan untuk memilah hingga menyetorkan sampah ke bank sampah. Beberapa bulan kemudian kegiatan memungut sendiri sampah dari rumah warga berjalan lancar.

Demi menggugah kesadaran warga untuk peduli sampah, Siti Romlah mengaku tak memikirkan untung dari memungut sampah. Warga membutuhkan keterbukaan terkait harga sampah. Setiap ada kenaikan maupun pnurunan harga sampah Siti Romlah memasang pengumuman di rumahnya teerkait harga sampah. “ Mereka fikir untung sampah itu besar, makanya kita pasang pengumuman  harga sampah kalau ada perubahan. Satu truk itu kalau dihitung untungnya hanya Rp 30.000,” katanya.

Enam  6 bulan bank sampah di desanya akhirnya bisa  berjalan. Warga mulai terbiasa dengan system memilah sampah dan mengetahui hasil jerih payah mereka melalui rekenung tabungan sampah di bank sampah. Sistem pembayaran juga mengikuti keingingan warga seperti sebagian warga memilih mengambil sembako untuk kebutuhan sehari hari mereka dari sampah yang disetor. “ Makanya disini kita juga sediakan sembako karena sebagian warga butuh menukar dengan sembako bukan tabungan,” ucap Siti Romlah.

Sulitnya menyulap sampah menjadi emas.

Siti Romlah mengaku mempunyai kegemaran berinvestasi emas sebagai tabungan masa depan anak anaknya. Menurutnya menyimpan emas lebih menguntungkan karena harga emas yang cenderung selalu naik dan harganya  yang relative lebih stabil. Dia kemudian berupaya menularkan kebiasaan tersebut kepada warga. Pada awal menawarkan investasi emas mini gold untuk ditukar sampah, banyak warga yang merasa aneh. Warga didesanya  tahunya emas adalah perhiasan. “ Dibenak mereka emas itu perhiasan, yangbisa dipakai dan bisa dipamerkan. Emas kok sak klenteng (biji kapuk) mreka nggak mau,” ujarnya tersenyum mengingat ha tersebut.

Untuk menarik warga, Siti mengaku menggunakan pengalaman keluarganya sendiri yang sering menabung emas sebagai investasi dari mengumpulkan sampah. “ Anak saya setiap ada  sampah saya suruh pungut dikumpulkan. Beberapa bulan dia sudah punya simpanan beberapa gram emas,” jelasnya.

Siti juga mengaku sering memberikan pemahaman pentingnya investasi emas setiap ada arisan warga maupun pengajian di lingkungan warga bahkan saat kondangan hajatan Siti mengaku mempromosikan sampah menjadi emas. Melalui bank samapah dia  juga memberikan kemudahan bagi warga uang tertarik  untuk memiliki emas sebagai ganti  sampah. “ Kadang tabungan sampah warga itu nilanya kurang,  kita kasih dulu emasnya biar semangat. Baru besok setelah setor sampah kita tambahkan kekurangan pembayaran emasnya,” ucapnya.

Dirumahnya yang juga merupakan  gudang penampungan sampah sementara Siti Romlah menyediakan berbagai ukuran emas. Dari yang paling kecil 1.025 gram seharga Rp 37.000, ukuran 0,05 gram seharga Rp 67.000 hingga ukuran 0,05 gram seharga Rp 124.000. Bank sampah juga memberikan kemudahan untuk menukar emas milik warga ke nilai emas yang lebih tinggi. “ Ada yang rutin satu bulan bisa dapat Rp 100.000 dari sampah dan sekarang sudah punya tabungan emas setengah gram,” ujarnya.

Saat ini bank sampah di Desa Dukuh  telah merangkul 21 RT yang ada didesanya. Bahkas selain mengumpulkan sampah,  bank sampah Berkah Mukti  juga mengumpulkan minyak goreng bekas dari warga. Siti mengaku setiap bulan bank sampah mampu menampung lebih dari  60 liter minyak goreng bekas dari. “ Kita juga sosialisasi bahayanya menggunakan minyak jelantah untuk kesehatan. Harga yang kita tawarkan Rp 3.000 perliter,” kata Siti.

Di Desa Dukuh Siti Romlah juga mengembangkan berbagai  kerajinan tangan berbahan sampah. Salah satu produk unggulannya adalah tas belanja plastic yang dikembangkan oleh puluhan ibu ibu anggota PKK. Tas  plastic belanja buatan warganya tsaat ini telah mencapai Sumatra dan sejumlah kota Besar lainnya untuk pemasaran.  “ Kebanyakn pembeli melalui online. Kemarin kita kirim ke Jawa Barat 400 tas untuk oleh oleh pengantin,” katanya.

Berkat bank sampah  Desa Dukuh saat ini lebih bersih karena sampah tidak lagi bertebaran di lingkungan warga. Bahkan sampah saat ini sudah mampu menjadi tabungan masa depan bagi warga Desa Dukuh dengan menukar dengan emas. (Diskominfo/kontrib.rif/fa2/IKP1)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *